Latar Belakang dan Pendidikan Awal
KH. Muhammad Toha Alawy lahir pada tahun 1953 di Desa Rejosari, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Seperti kebanyakan anak-anak desa pada masanya, beliau menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (sekarang dikenal sebagai Sekolah Dasar) pada siang hari dan belajar di Madrasah Diniyyah pada sore hari. Meskipun memiliki semangat belajar yang tinggi, keterbatasan ekonomi menghalangi beliau untuk mengikuti ujian akhir.
Mengejar Impian: Pengalaman Pertama ke Pesantren
Keinginan yang besar untuk melanjutkan pendidikan ke pesantren membuat KH. Muhammad Toha Alawy nekat meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan keluarga, menuju Semarang dan kemudian ke Surabaya dengan menumpang kereta api. Tujuannya adalah pesantren-pesantren terkenal di Jawa Timur, seperti Pesantren Tremas di Pacitan dan Pesantren Tebuireng di Jombang. Namun, karena kekurangan bekal dan pengalaman, beliau akhirnya kembali ke Semarang, di mana ayahnya, Jahudi bin Badi, menjemputnya setelah mencarinya dengan penuh kekhawatiran.
Masa Belajar di Pesantren
Setelah mengetahui keinginan kuat putranya untuk mondok, ayahnya mengirim KH. Muhammad Toha Alawy ke Pesantren Futuhiyyah Mranggen di Demak, yang diasuh oleh KH. Muslih. Di sini, beliau mendalami ilmu keagamaan di Madrasah Tsanawiyyah dan Aliyah. Meskipun keterbatasan biaya membuatnya harus pulang-pergi dari rumah ke pesantren, semangatnya tidak pernah pudar. KH. Muhammad Toha Alawy kemudian memutuskan untuk fokus mengaji Al-Qur'an, memilih belajar di Kudus, di bawah bimbingan Mbah Arwani, Mbah Hisyam, dan Mbah Wahab.
Mengaji Al-Qur'an hingga Khatam
Pada tahun 1972 hingga 1973, beliau pindah ke Semarang untuk belajar kepada Kiai Abdullah Umar di Kauman. Di sini, KH. Muhammad Toha Alawy berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur'annya hingga khatam. Setelah itu, beliau melanjutkan belajar kitab kuning di Batokan, Kediri, Jawa Timur, selama kurang lebih dua tahun.
Merintis Usaha dan Berangkat ke Tanah Suci
Di sela-sela belajarnya, KH. Muhammad Toha Alawy juga berusaha mandiri dengan berdagang beras dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari hasil dagangnya, beliau menabung dan akhirnya dapat menunaikan ibadah haji pada tahun 1978. Di Makkah, beliau berguru kepada Syaikh Ismail, Syaikh Abdullah Al-Hajj, dan Syaikh Ali Yamani. Selama di Tanah Suci, beliau diberikan visa tinggal (iqamah) hingga tahun 1980.
Menetap di Makkah dan Kembali ke Tanah Air
Pada tahun 1981, KH. Muhammad Toha Alawy pulang ke Indonesia untuk menikah. Dua bulan kemudian, bersama istri, beliau kembali ke Makkah, di mana dua anak pertama mereka lahir. Selama delapan tahun tinggal di Makkah, beliau menunaikan ibadah haji setiap tahun. Pada tahun 1986, KH. Muhammad Toha Alawy memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menetap di Purwokerto.
Mendirikan Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah
Setelah kembali ke tanah air, KH. Muhammad Toha Alawy mulai mengasuh beberapa santri di kediamannya. Berkat izin Allah SWT, Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah tumbuh dan berkembang, menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang berperan penting dalam syiar agama. Pesantren ini menjadi saksi dedikasi dan komitmen KH. Muhammad Toha Alawy dalam menegakkan kalimat Allah SWT dan menyebarkan ilmu agama kepada generasi muda.
Dengan pengalaman dan perjalanan hidup yang penuh hikmah, KH. Muhammad Toha Alawy Al-Hafidz terus memberikan kontribusi besar dalam dunia pendidikan Islam, meninggalkan jejak yang tak akan terlupakan di hati umat.
Hari ini Jumat Wage, 30 Agustus 2024 beliau meninggalkan kita semua untuk bersama Sang Pencipta.
Beliau meninggal di RS Wijayakusuma (DKT) Purwokerto Pukul 10.00 WIB
1 Komentar
Hari ini beliau berpulang
BalasHapusHusnul khatimah kyai